BAB I
PENDAHULUAN
LATAR
BELAKANG
Dalam kehidupan kita
sehari-hari komunikasi memegang peranan yang sangat penting. Kita tidak bisa
tidak berkomunikasi.tidak ada aktifitas yang dilakukan tanpa komunikasi,
dikarenakan kita dapat membuat beberapa perbedaan yang esensial manakala kita
berkomunikasi dengan orang lain.Demikian pula sebaliknya, orang lain akan
berkomunikasi dengan kita ,baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang.
Cara kita berhubungan satu dengan lainnya, bagimana suatu hubungan kita bentuk,
bagaimana cara kita memberikan kontribusi sebagai anggota keluarga, kelompok,
komunitas, organisasi dan masyarakat secara luas membutuhkan suatu
komunikasi.Sehingga menjadikan komunikasi tersebut menjadi hal yang sangat fundamental
dalam kehidupan kita.
Para
ahli komunikasi, terutama di Negara-negara yang sedang berkembang, dalam tahun
tahun terakhir menumpahkan perhatianya yang besar terhadap strategi komunikasi
(communication strategy), dalam hubunganya dengan penggiatan pembangunan
nasional di Negara masing masing.
Fokus perhatian ahli komunikasi ini memang
penting untunk di tunjukan kepada strategi komunikasi ini, karena berhasil
tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi.
Lebih lebih dalam kegiatan komunikasi massa, tanpa strategi komunikasi, media
massa yang semakin modern, yang kini banyak di pergunakan di negara-negara yang
sedang berkembang karena mudahnya diperoleh dan relatif mudahnmya
dioprasionalkan, bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif.
Dengan demikian, strategi komunikasi, baik
secara makro (planed multi media strategy) maupun secara mikro (singel
communication madium strategy) mempunyai fungsi ganda:
1. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat
intromatif, persuasif, dan instruktif secara sistematif kepada sasaran untuk
memperoleh hasil yang optimal.
2. Menjembatani ”kesenjangan budaya” (cultural
gap) akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioprasionalkannya media massa
yang begitu ampuh, yang jika di biarkan akan merusak nilai nilai budaya.
Kedua hal ini bagi indonesia sangat penting. Di satu pihak kita sedang
berusaha keras mengisi kemerdekaan yang kita peroleh seja tahun 1945, tetapi
sampai hari ini tujuan dan cita cita kita belum tercapai sepenuhnya, padahal
sudah begitu lama. Di sisi lain pihak terdapat kecenderungan nilai-nilai budaya
bangsa kita yang begitu luhur mengalami erosi, akibat keampuhan media massa
yang penggunaanya tidak terkontrol oleh the men behind the mass media.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian
komunikasi
Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris
“communication”),secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari
bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis
Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik
bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan
makna.
Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian
suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini
yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada
pengertian Ruben dan Steward(1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu:
komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu
dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan
menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.
Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat
dilancarkan secara efektif dalam Effendy(1994:10) bahwa para peminat komunikasi
sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam
karyanya, The Structure and Function of Communication in Society.
Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi
ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which
Channel To Whom With What Effect?
Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima
unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu,yaitu:
- Komunikator (siapa yang mengatakan?)
- Pesan (mengatakan apa?)
- Media (melalui saluran/ channel/media apa?)
- Komunikan (kepada siapa?)
- Efek (dengan dampak/efek apa?).
Jadi berdasarkan
paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses komunikasi adalah pihak
komunikator membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu
saluran tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu.
2.1 PROSES
KOMUNIKASI
Berangkat dari paradigma
Lasswell, Effendy (1994:11-19) membedakan proses komunikasi menjadi dua tahap,
yaitu:
- Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara
primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang
sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan
pesan nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain
sebagainya) yang secara langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan atau
perasaan komunikator kepada komunikan.
Seperti disinggung di
muka, komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang
diterima oleh komunikan. Dengan kata lain , komunikasi adalah proses membuat
pesan yang setala bagi komunikator dan komunikan. Prosesnya sebagai berikut,
pertama-tama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan
disampaikan kepada komunikan. Ini berarti komunikator memformulasikan pikiran
dan atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan
dimengerti oleh komunikan. Kemudian giliran komunikan untuk menterjemahkan (decode)
pesan dari komunikator. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung
pikiran dan atau perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertian. Yang
penting dalam proses penyandian (coding) adalah komunikator dapat
menyandi dan komunikan dapat menerjemahkan sandi tersebut (terdapat kesamaan
makna).
Wilbur Schramm (dalam
Effendy, 1994) menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil (terdapat kesamaan
makna) apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka
acuan (frame of reference) , yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection
of experiences and meanings) yang diperoleh oleh komunikan.
Schramm menambahkan,
bahwa bidang (field of experience) merupakan faktor penting juga dalam
komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman
komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, bila bidang
pengalaman komunikan tidak sama dengan bidang pengalaman komunikator, akan
timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain.
Sebagai contoh seperti
yang diungkapkan oleh Sendjaja(1994:33) yakni : Si A seorang mahasiswa ingin
berbincang-bincang mengenai perkembangan valuta asing dalam kaitannya dengan
pertumbuhan ekonomi. Bagi si A tentunya akan lebih mudah dan lancar apabila
pembicaraan mengenai hal tersebut dilakukan dengan si B yang juga sama-sama
mahasiswa. Seandainya si A tersebut membicarakan hal tersebut dengan si C,
sorang pemuda desa tamatan SD tentunya proses komunikaasi tidak akan berjalan
sebagaimana mestinya seperti yang diharapkan si A. Karena antara si A dan si C terdapat
perbedaan yang menyangkut tingkat pengetahuan, pengalaman, budaya, orientasi
dan mungkin juga kepentingannya.
Contoh tersebut dapat
memberikan gambaran bahwa proses komunikasiakan berjalan baik atau mudah
apabila di antara pelaku (sumber dan penerima) relatif sama. Artinya apabila
kita ingin berkomunikasi dengan baik dengan seseorang, maka kita harsu mengolah
dan menyampaikan pesan dalam bahasa dan cara-cara yang sesuai dengan tingkat
pengetahuan, pengalaman, orientasi dan latar belakang budayanya. Dengan kata
lain komunikator perlu mengenali karakteristik individual, sosial dan budaya
dari komunikan.
- Proses komunikasi sekunder
Proses komunikasi secara
sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan
dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang
sebagai media pertama.
Seorang komunikator
menggunakan media ke dua dalam menyampaikan komunikasike karena komunikan
sebagai sasaran berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat,
telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dsb adalah media
kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara sekunder
itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (surat
kabar, televisi, radio, dsb.) dan media nirmassa (telepon, surat, megapon,
dsb.)
3.1 PENGERTIAN
STRATEGI
Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan
(planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Namun, untuk
mencapai suatu tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan
yang hanya menunujukan arah saja, tetapi harus menunjukan bagaimana taktik
oprasionalnya.
Demikianlah pula strategi komunikasi merupakan
paduan dari perencanaan komunikasi dan manajeman untuk mencapai suatu tujuan.
Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukan
bagaimana oprasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa
pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu, tergantung kepada situasi dan kondisi.
FAKTOR-FAKTOR DALAM STRATEGI KOMUNIKASI
1. Beberapa teori komunikasi
Seperti halnya dengan dengan strategi dalam
bidang apa pun, strategi komunikasi harus didukung oleh teori, sebab teori
merupakan pengetahuan berdasarkan pengalaman yang sudah diuji kebenaranya.
Harold D.Laswell, seorang sarjana hukum pada
yale university, telah menghasilkan suatu pemikiran mengenai komunikasi yang
dituangkannya dalam bentuk paper yang kemudian dimuat dalam buku the
communication of ideas, suntingan Lyman Bryson. Laswellmenyatakan bahwa cara
yang terbaik untuk mnerengakan kegiatan komunikasi ialah menjawab
pertanyaan”Who says What in which channel to whom with what effect?”
Untuk mnatpnya strategi komunikasi, maka
segala sesuatunya harus di pertautkan dengan komponen-komponen yang merupakan
jawaban terhadap pertanyaan dalam rumus Lasweel tersebut.
-
Who? (siapakah
komunikatornya?)
-
Says What? pesan
apa yang dinyatakannya?)
-
In Which Channel? (media
apa yang digunakannya?)
-
To What? (siapa
komunikannya?)
-
Whit What Effect? (efek
apayang di harapkan?)
Rumus Laswell ini
tampaknnya sederhana saja. Tetapi jika kita kaji lebih mendalam pertanyaan
”efek apa yang diharapkan”, secara implisit mengandung pertanyaan lain yang
perlu dijawab dengan seksama. Pertanyaan tersebut ialah:
-
When (kapan
dilaksanakannya?)
-
How (bagaimana
melasanakannya?)
-
Why (mengapa
dilaksanakan demikian?)
Tambahan pertanyaan
tersebut dalam strategi komunikasi sangat penting karena pendekatan (approach)
terhadap efek yang diharapkan dari suatui kegiatan komunikasi bisa berjebis
yakni:
-
Information (informasi)
-
Persuasion (persuasi)
-
Instruction instruksi)
Rumus Laswell tersebut
mengandung [ertatautan yang berbagai teori komunikasi lainya. Pertama-pertama
fokus perhatian perlu ditujukan kepada komponen komunikan. Untuk membahas ini
barangkali dapat dipergunakan teori melvin L. Defleur. Dalam bukunya yang berjudul
theories of mass communication, ia mengemukakan empat teori yang masing-masig
disebut Individual Differences Theory. Social Catagories Theory, Social
Relationship Theory, Dan Cultural Norms Theory.
a.
Individual differences theory
Teori ini menyatakan bahwa
khalayak yang secara efektif memperhatikan suatau pesan komunikasi, khususnya
apabila bersangkutan dengan suatu kepentingannya, akan sesuai dengan sikapnya,
kepercayaannya, dan nilai-nilainya. Tanggapannya terhadap pesan komunikasi
seperti itu akan diubah oleh tetaan spikologisnya.
b.
Social category theory
Apabila individual
differences theory menyajikan pandangannya mengenai proces komunikasi sesui
dengan penemuan-penemuan dalam psikologi umum, maka teori yang kedua, yakni
social categories theory konsisten dan tampaknya bersumber pada teori sosioogi
umum mengenai massa. Asumsi dasar dari teori melvin. L. Defleur yang kedua ini
adalah bahwa kendatipun masyarakat modern sifatnya heterogen. Orang yanmg
mempunyai sejumblah sifat yang sama akan memiliki pola hidup tradisional yang sama.
Kesamaan orientasi dan prilaku ini akan mempunyai kaitan dengan gejala yang
diakibatkan media massa. Suatu kelompok dari khalayak akan memilih isi pesan
komunikan yang kira-kira sama dan akan memberikan tanggapan yang kira-kira sama
pula.
c.
Social relationship theory
Teori yang ketiga, social
relationship theory, dasarnya adalah two step flow of communication telah
diketengahkan oleh paul lazarsfled dan rekan-rekannya yang terkenal itu. Menuru
teori tersebut, sebuah pesan komunikasi mula-mula disiarkan melalui media massa
kepada sejumblah perorangan yang terang lengkap (well-informed), dan dinamakan
”pemuka pendapat”(opinion leaders). Oleh pemuka pendapat ini pesan komunikasi
tersebut diteruskan melalui saluran antarpesona (dari mulut ke mulut), kepada
orang –orang yang kurang keterpeaannya oleh media massa atau, dengan perkataan
lain, orang-orang yang tidak berlangganan surat kabar, tidak memiliki peawat
radio, atau tidak mempunyai pesawat televisi. Dalam hubungan sosial yang informal
seperti itu, i pemuka pendapat tadi bukan saja meneruskan informasi, tetapi
juga menginterpretasikannya. Di sini tampak adanya pengaruh pribadi (personal
influence) yang merupakan mekanisme penting yang bisa mengubah pesan
komunikasi.
d.
Culural norms theory
Ada tiga cara dimana
media massa secara personal mempengaruhi norma-norma dan batas-batas situasi
per-orangan:
Pertama : pesan
komunikasi bisa memperkuat pola-pola yang sudah ada dan mengarahkan orang-orang
untuk percaya bahwa suatu bentuk sosial dipelihara oleh masyarakat.
Kedua : media massa bisa
menciptakan keyakinan baru mengenai topik, dengan topik mana khalayak kurang
berpengalaman sebelumnya.
Ketiga : media
massa bisa merubah norma-norma yang sudah ada, dan karennya mengubah
orang-orang dari bentuk tingkah laku yang satu menjadi tingkah laku yang lain.
2.
Sifat-sifat komunikasi
Jika kita sudah tau
sifat-sifat komunikan, dan tahu pula efek apa yang kita kehendaki dari mereka,
memilih cara mana yang kita ambil untuk berkomunikasi sangatlah penting, karena
ini ada hubungannya dengan media yang harus kita gunakan. Cara bagaiman kita
berkomunikasi berdasarkan sifatnya:
-
Komunikasi tatap muka
(face-to-face-communication)
-
Komunikasi bermedia (mediated communication)
Komunikasi tatap muka
dipergunakan apabila kita mengharapkan efek perubahan tingkah laku dari
kmunikan. Mengapa demikian karena kita sewaktu akan berkomunikasi memerlukan
umpan balik langsung, dengan saling melihat, kita sebagai komunikator bisa
mengetahui pada saat kita berkomunikasi, apakah komunikan memperhatikan kita
dan mengerti apa yang kita komunikasikan. Jika umpan baiknya positif, kita akan
mempertahankan cara komunikasi yang kita pergunakan dan memeliharanya supaya
umpan balik tetap menyenangkan kita. Bila sebaliknya, kita kita akan mengubah
teknik komunikasi kita sehingga komunikasi bisa berhasil.
Komunikasi bermedia pada
umumnya banyak digunakan untuk komunikasi informatif karena tidak begitu ampuh
untuk mengubah tingkah laku. Lebih-lebih media massa. Berbagai hasil peniltian
menunjukkan baha media massa kurang sekali keampuhannyadalam menggubah taingkah
laku komunikan. Walaupun demikian, tetap ada untung ruginya.
Komunikasi persuasif
memang penting, tetapi komunikasi informatifpun todak berarti tidak penting,
atau kurang penting, bahkan pada suatu ketika sangat penting dengan tidak
memerlukan efek dalam bentuk perubahan tingkah laku: karena itu diambil media
massa. Jadi tergantung pada situasi dan kondisi dan efek yang diharapkan, media
mana yang diambil, apakah surat kabar, majalah, radio, televisi, filem,
pameran, poster, pamflet, surat telepon, dan jenios-jenis lain bergantung pada
berbagai faktor. Sasaran yang dituju, efek yang diharapkan, isi yang
dikomunikasikan, dan sebagainnya.
3.
Kondisi sukses dalam komunikasi.
Peliknya berkomunikasi
sering kali disebabkan karena pesan yang akan di komunikasikan sudah diduga
tidak akan berhasil disebabkan oleh berbagai faktor. Kita sudah tau bakal
sasaran komunikasi kita.kita sudah tahu pula effek yang diharapkan daripadanya,
dan sudah tau pula media yang tersedia untuk dipergunakan. Tetapi kita
menyadari pula bahwa pesan yang akan kita komunikasikan. Dan jika komunikan
tidak merasa berkepentingan, biasanya tidak responsif.
Memang wlburschramm dalam
karyannya yang sudah tua tetapi terkenal itu, yakni ”how communication work”,
pernah mengenengahkan apa yang ia namakan the condition of succes in
communication, yang secara gamblang dapat diringkaskan sebagai berikut:
-
Pesan harus dirancangkan dan disampaikan
sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian saasaran yang dimaksud.
-
Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribasi pihak
komunikan, dan menyarakan beberapa cara untu memperoleh kebutuhan itu.
-
Pesan harus menyarankan suatu cara untuk
memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok tempat komunikan
berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.
Meskipun kita berpegang
pada moto para komunikator yang berbunyi know your audience, dan kita memahami
frame of reference disertai field of exsperience, namun kalo pesan yang harus
kita komunikasikan itu tidak menyangkut kepentingan komunikan, kita akan
menghadapi kesukaran; lebih –lebih jika efek kita yang harapkan dai komunikan
itu perubahan tingkah laku. Di sinilah letak permasalahan komunikasi, bagaimana
kita menyampaikan suatu pesan pada seorang komunikan yang kita ketahui bahwa
pesan yang akan kia sampaikan kepadannya tidak berkepentingan dengannya.
Dikomunikasikannya pesan
seperti itu tidaklah cukup dengan memperhatikan timing dan placing seperti
disarankan oleh wilburshramm.tetapi bagaimanapun juga, rony adikarya dalam
karyanya yang berjudul ”communication pallning strategy” dan
mengindentifikasikan isi pesan kita harus menentukan jenis pesan apa yang
disampaikan. Ini bisa merupakan inforational message, atau motiational message.
Bagi seorang komunikator,
pemahaman mengenai sifat-sifat komunikan dan pesan komunikasi sebagaimana
diutarakan diatas, akan dapat menentukan jenis media apa yang akan diambil, dan
teknik komunikasi yang mana yang akan digunakana.
Ada puluhan jenis media
komunikasi, baik yang termasuk media massa seperti surat kabar, majalah, radio,
televisi, dan filem, maupun termasuk yang dimaksud media nirmassa seperti
surat, telepon, folder, poster, spanduk, dan sebgainnya. Tidak semua media
perlu dipergunakan, sebab kalao demikian halnya tidaklah efesien. Dari
alternatif banyak jenis media seperti disebutkan diatas, diambil yang paing
tepat untuk jenis pesan tertentu dan komunikan tertentu.
BAB III
KESIMPULAN
Komunikasi adalah suatu bidang yang dikatakan
sebagai popular. Banyak bidang-bidang komunikasi modern sekarang ini yang
memfokuskan pada studi tentang pesan, ada juga tentang hubungan antara
komunikasi dengan bidang profesiponal lainnya termasuk hukum, bisnis,
informasi, pendidikan, ilmu computer, dan lain-lain. Sehingga sekarang ini
komunikasi sebagai ilmu social/perileku dan suatu seni yang diaplikasikan.
Disiplin ini bersifat multidisiplin, yang berkaitan dengan ilmu-ilmu lain
seperti psikologi, sosiologi, antroplogi, politik, dan lain sebagainya
Setrategi komunikasi pada hakekatya adalah
perancangan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Dan setrategi komunikasi perlu di susun secara luwes, sehingga teknik
oprasional komunikasi dapat segera disesuaikan dengan faktor-fektor yang
berpengaruh.
Comments
Post a Comment
thankzzz taz komenxx.....