Dalam
hitungan prevalensi (jumlah kasus dibagi jumlah penduduk dikali 100 persen),
Kota Cirebon menempati ranking pertama se-Jawa Barat (Jabar) jumlah penderita
HIV AIDS. Karena jumlah penduduk lebih sedikit dibanding ketiga kota lainnya.
Jadi, Kota Cirebon menempati urutan tertinggi dalam hitungan prevalensi. Secara
umum, Kota Cirebon menduduki ranking keempat penderita AIDS tertinggi se-Jabar.
Jika dinomor urutkan, posisi pertama Kota Bandung, Kabupaten Indramayu,
Kabupaten Cirebon dan Kota Cirebon. Di Kota Cirebon sejak 2004-2012, tercatat
511 orang positif terkena HIV AIDS.
Langkah
antisipasi sudah dilakukan Pemkot Cirebon bersama DPRD yakni dengan
mengeluarkan Perda Nomor 1 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV
AIDS. Sebagai perbandingan, kabupaten/kota lain belum ada yang memiliki aturan
hukum terkait persoalan tersebut. "Bahkan Provinsi Jabar pun tidak
memiliki perda semacam itu. Aturan daerah
dalam bentuk perda diharapkan mampu meningkatkan pencegahan dan penularan
penyakit berbahaya yang sampai sekarang belum ditemukan obatnya. Keampuhan
perda tersebut terlihat dari indeks grafik data resmi jumlah penderita HIV AIDS
di Kota Cirebon, dari grafiknya mengalami penurunan yang signifikan. Karena di
dalam perda itu mengatur dengan jelas dan ketat.
Isi
perda tersebut antara lain, bagi penderita yang sengaja menularkan akan
dikenakan sanksi denda dan penjara. Begitu pula tempat hiburan, pelaku usaha
hiburan itu diharuskan menjaga kesehatan Pemandu Lagu (PL) agar tidak
terjangkit penyakit AIDS. Jika ada PL terkena HIV AIDS atau sengaja menularkan,
pemerintah akan menindak tegas tempat hiburan tersebut. Bukti lain dukungan
pemkot ditunjukkan pula lewat besaran anggaran untuk KPA yang naik setiap
tahunnya. Anggaran tersebut digunakan untuk berbagai aktifitas, seperti
sosialisasi dan penyuluhan hingga ke tingkat RW, sekolah-sekolah, serta tempat
strategis lainnya.
Meski
data jumlah penderita AIDS di Kota Cirebon hanya melalui satu pintu,
Menurut WHO, satu kasus HIV AIDS yang terungkap, berarti masih ada 200 kasus sama yang belum terungkap. Masyarakat harus mewaspadai penularan penyakit HIV AIDS, mulai dari menghindari hubungan seks berisiko yang tidak menggunakan kondom dan berganti pasangan. Karena cara kerja penularan HIV AIDS bisa dari cairan sperma, cairan vagina, darah, jarum suntik dan alat cukur yang tidak steril, ibu penderita HIV AIDS yang menyusui dan luka penderita bertemu luka orang lain.
Menurut WHO, satu kasus HIV AIDS yang terungkap, berarti masih ada 200 kasus sama yang belum terungkap. Masyarakat harus mewaspadai penularan penyakit HIV AIDS, mulai dari menghindari hubungan seks berisiko yang tidak menggunakan kondom dan berganti pasangan. Karena cara kerja penularan HIV AIDS bisa dari cairan sperma, cairan vagina, darah, jarum suntik dan alat cukur yang tidak steril, ibu penderita HIV AIDS yang menyusui dan luka penderita bertemu luka orang lain.
Sementara
ini, belum ada obat untuk HIV AIDS. Namun ada obat untuk menekan angka
perkembangan virus HIV AIDS, yaitu Anti Retro Viral (ARV). Obat tersebut hanya
ada di tempat tertentu, diantaranya di RSUD Gunung Jati, Puskesmas Larangan,
dan tempat yang ditunjuk dan untuk mendapatkan obat ARV, penderita harus
diperiksa dahulu. Kalau kekebalannya bagus, tidak usah minum. ARV memiliki efek
di kulit hitam dan sering mimpi buruk. (dari berbagai sumber)
Comments
Post a Comment
thankzzz taz komenxx.....