Media cetak pertama kali dibuat di Amerika
Serikat, dengan nama “Public Occurrenses Both Foreign and Domestick” di tahun
1690. Surat kabar tersebut diusahakan oleh Benjamin Harris, seorang berkebangsaan
Inggris. Akan tetapi baru saja terbit sekali, sudah dibredel. Bukan karena
beritanya menentang pemerintah, tetapi Cuma gara-gara dia tidak mempunyai izin
terbit. Pihak kerajaan Inggris membuat peraturan bahwa usaha penerbitan harus
mempunyai izin terbit, di mana hal ini didukung oleh pemerintah kolonial dan
para pejabat agama. Mereka takut mesin-mesin cetak tersebut akan
menyebarkan
berita-berita yang dapat menggeser kekuasaan mereka kecuali bila usaha itu
dikontrol ketat.
Kemudian surat kabar mulai bermunculan
setelah negara Amerika Serikat berdiri. Saat itu, surat kabar itupun tidak sama
seperti surat kabar yang kita miliki sekarang. Saat itu surat kabar dikelola
dalam abad kegelapan dalam jurnalisme. Sebab surat kabar telah jatuh ke tangan partai
politik yang saling bertentangan. Tidak ada usaha sedikitpun untuk membuat
berita secara objektif., kecuali untuk menjatuhkan terhadap satu sama lainnya.
Washington dan Jefferson dituduh sebagai penjahat terbesar oleh koran-koran
dari lawan partainya.
Apapun situasinya, rakyat hanya menginginkan
Amandemen dalam konstitusi yang akan menjamin hak koran-koran ini untuk
mengungkapkan kebohongan yang terburuk sekalipun tanpa takut dibrendel oleh
pemerintah. Presiden John Adams membreidel koran ”The New Republik”. Akibatnya
partai Federal pecah dan sebaliknya menguatkan posisi Jefferson. Aksi
breidel-membreidel ini sampai membuat keheranan seorang menteri bangsa Prusia
yang berkunjung ke Kantor Jefferson. Secara kebetulan, ia membaca koran dari
partai Federalis yang isinya meyerang Jefferson habis-habisan.
Kritik-kritik
keras tidak hanya menyerang Washington, Jefferson, John Adams ataupun James
Medison, pokoknya semua kena. Dan selama koran tetap dikuasai oleh para anggota
partai politik saja, maka tidak banyak yang bisa diharapkan.
Kemudian kecerahan tampaknya mulai menjelang
dunia persurat kabaran. James Gordon Bennet, seorang berkebangsaan Skotlandia
melakukan revolusinisasi terhadap bisnis surat kabar pada 1835. Setelah bekerja
di beberapa surat kabar dari Boston sampai Savannah akhirnya dia pun mendirikan
surat kabar sendiri. Namanya ”New York Herald” dengan modal pinjaman sebesar
500 dollar. Percetakannya dikerjakan di ruang bawah tanah di Wall Street dengan
mesin cetak yang sudah tuam dan semua pekerjaan reportase dilakukannya sendiri.
”The Herald” dan Bennet memperlihatkan kepada Amerika dan dunia tentang
bagaimana cara mendapatkan berita. Tidak lama kemudian Bennet pun berhasil
meraih kesuksesan dan membangun kantor beritanya sama seperti kantor-kantor
perusahaan surat kabar yang banyak kita jumpai sekarang. Dia juga sudah
menempatkan koresponden-korespondennya di luar negeri di mana beritanya dikirim
dengan usaha paket milik Bennet sendiri, dari pelabuhan New York ke kantornya
di kota. Dia juga yang pertama-tama mendirikan biro di Washington, dan
memanfaatkan jasa telegraf yang baru saja ditemukan.
Sejak itulah berita sudah mulai
dipilah-pilahkan menurut tingkat kepentingannya, tapi tidak berdasarkan
kepentingan politik. Bennet menempatkan politik di halaman editorial. Isi
korannya yang meliputi soal bisnis, pengadilan, dan kehidupan sosial masyarakat
New York memang tidak bisa dijamin keobyektifatnya, tetapi setidaknya sudah
jauh berubah lebih baik dibandingkan koran-koran sebelumnya
Enam tahun setelah ”Herald” beredar,
saingannya mulai muncul. Horace Greely mengeluarkan koran “The New York
Tribune”. Tribune pun dibaca di seluruh Amerika. Pembacanya yang dominan adalah
petani, yang tidak peduli apakah mereka baru sempat membaca korannya setelah berminggu-minggu
kemudian. Bagi orang awam, koran ini dianggap membawa perbaikan bagi negara
yang saat itu kurang terkontrol dan penuh bisnis yang tidak teratur.
Koran besar yang ketiga pun muncul di New
York di tahun 1851, ketika Henry J. Raymond mendirikan koran dengan nama “The
New York Times”, atas bantuan mitra usahanya, George Jones. Raymond-lah yang
mempunyai gagasan untuk menerbitkan koran yang non partisan kepada pemerintah
maupun perusahaan bisnis. Beruntung, saat itu Presiden Lincoln tidak pernah melakukan
pembreidelan terhadap koran-koran yang menyerangnya.
Setelah serentetan perang saudara di Amerika
usai, bisnis persuratkabaran pun berkembang luar biasa. Koran-koran pun mulai
muncul di bagian negara-negara selain New York dan Chicago. Di selatan, Henry
W. Grady dengan koran “Konstitusi Atlanta”. Lalu, muncul koran “Daily News” dan
“Kansas City Star” yang mempunyai konsep pelayanan masyarakat sebagai fungsi
dari sebuah sebuah surat koran. Bahkan pemilik Star, Rockhill Nelson bersumpah
untuk mengangkat kota Kansas dari “kubangan lumpur” dan berhasil. Di barat,
Jurnalisme Flamboyan diwakili oleh “Denver Post” dan koran-koran San Fransisco.
Di New York, surat kabar dianggap sebuah
bisnis yang bakal menjanjikan. Charles Dana membeli surat kabar ”Sun” dan
menyempurnakannya. Editornya, John Bogart punya cerita sendiri tentang berita.
Menurutnya ”kalau anjing menggigit manusai, itu bukan berita. Tapi kalau
manusia menggigit anjing, itu baru namanya berita”.
James Gordon Bennet Junior (anak Bennet) dan
Joseph Pulitzer merupakan rival-rival utama Dana. Bennet Jr. Memperlihatkan
cara membuat berita yang baik. Prestasinya yang paling terkenal adalah ketika
dia mengirimkan Henry Stanley, seorang wartawan London, untuk mencari David
Livingstone, seorang misionaris yang hilang di hutan.
Sedangkan Pulitzer mempunyai koran yang
bernama ”New York World” dan terkenal sejak jaman perang saudara sampai akhir
abad itu. Pulitzer melakukan taktik yang lebih baik dibanding para
pendahulunya. Editorialnya yang bersifat perjuangan ke arah perbaikan dan
liberal, liputan beritanya yang serba menarik, dan taktik diversifikasinya
mengundang decak kagum seperti yang pernah dilakukan oleh Herald. Pulitzer
adalah yang pertama kali menerbitkan koran mingguan, di mana isinya ditulis oleh
para penulis terbaik yang pernah ada.
Pada tahun 1892 supremasi Pulitzer ditantang
oleh William Randolp Hearst lewat koran ”World”. Dalam hal inovasi dan
keberanian, ”World”-nya Hearst lebih dari ”World”-nya Pulitzer. Bukan itu saja,
koran Hearst isi beritanya jauh lebih flamboyan daripada koran Pulitzer. Hearst
banyak mempekerjakan orang-orang terbaiknya Pulitzer. Dia mempekerjakan Richard
Outcault, kartunis Pulitzer dan mendorongnya untuk menciptakan sebuah featuer
bernama ”The Yellow Kid”, yang menandai lahirnya cergam komik di Amerika.
Pada masa perang antara Amerika dan Spanyol,
kedua koran ini berteriak paling keras mendukung Amerika Serikat untuk terjun
perang, memimpin suara rakyat dengan padan suara jurnalisme dalam skala
nasional, dan memojokkan ke dalam konflik yang tidak terhindarkan. Selanjutnya
di perang Amerika-Kuba, keduanya mengalihkan kompetisinya dalam usaha meliput
perang.
Setelah Pulitzer meninggal, ”New York World”
malah menjadi yang terbesar di dunia. Orang menyebut Pulitzer sebagai
”wartawannya surat kabar”. Sebaliknya, Hearst bersama koran-koran lainnya
terpukul keras ketika depresi besar terjadi. Tetapi usaha majalahnya yang
paling terkemuka, yakni ”Good Housekeeping” dan ”cosmopolitan” tetap terus
berkembang pesat
Dalam perkembangannya, surat kabar berangkat
sebagai alat propaganda politik, lalu menjadi perusahaan perorangan yang
disertai keterkenalan dan kebesaran nama penerbitnya, dan sekarang menjadi
bisnis yang tidak segemerlap dulu lagi, bahkan dengan nama penerbit yang semakin
tidak dikenal.
Perubahan ini memberikan dampak baru. Ketika
iklan mulai menggantikan sirkulasi (penjualan langsung) sebagai sumber dana
utama bagi sebuah surat kabar, maka minat para penerbit jadi lebih identik
dengan minat para masyarakat bisnis. Ambisi persaingan untuk mendapatkan berita
paling aeal tidaklah sebesar ketika peloporan. Walaupun begitu, perang
sirkulasi masih terjadi pada tahun 1920-an, tetapi tujuan jangka panjang mereka
adalah untuk mencapai perkembnagn penghasilan dari sektor iklan. Sebagai badan
usaha, yang semakin banyak ditangani oleh para pengusaha, maka surat kabar
semakin kehilangna pamornya seperti yang dimilikinya pada abad ke-19.
Namun, surat kabar kini mendapatkan sesuatu
yang lain yang lebih penting. Surat kabar yang mapan kini tidak lagi diperalat
sebagai senjata perang politik yang saling menjatuhkan ataupun bisnis yang
individualis, melainkan menjadi media berita yang semakin obyektif, yang lebih
mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pihak-pihak tertentu saja.
Kenaikan koran-koran ukuran tabloid di tahun
1920-an yang dimulai oleh ”The New York Daily News”, memberikan suatu dimensi
baru terhadap jurnalisme. Akhirnya memang menjadi kegembiraan besar bagi
kehidupan surat kabar, terutama dalam meliput berita-berita keras. Perubahan
lain yang layak mendapat perhatian adalah timbulnya sindikasi. Berkat adanya
sindikat-sindikat, maka koran-koran kecil bisa memanjakan p[embacanya dengan
materi editorial, informasi, dan hiburan. Sebab kalau tidak, koran-koran kecil
itu tentu tidak dapat mengusahakan materi-materi tersebut, lantaran biaya untuk
itu tidaklah sedikit. Sindikat adalah perusahaan yang berhubungan dengan pers
yang memperjualbelikan bahan berita, tulisan atau bahan-bahan lainuntuk
digunakan dalam penerbitan pers.
Tahun 1950, industri televisi mulai mengancam
dominasi media cetak. Namun, sampai sekarang, koran masih bertahan. Kenyataan
menunjukkan bahwa koran telah menjadi bagian dari kehidupan manusia pada
umumnya. Dengan karakter khususnya ia mampu membedakan dirinya dari media
lainnya seperti televisi dan radio.(pelangii
sekretarisdi 03:48)
Comments
Post a Comment
thankzzz taz komenxx.....