SKRIPSI : Relevansi Wisata Ziarah Balong Keramat Darmaloka dengan Perkembangan Dakwah Islam

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Ziarah kubur disunahkan oleh Nabi, bahkan dianjurkan untuk umat isla mengunjungi (Ziarah) ke kubur orang tua, atau keluarga yang telah lebih dulu meninggalkan kita. Ziarah dimaksud untuk menumbuhkan kesadaran agar kita yang hidup selalu ingat bahwa suatu saat kita akan mati. Ketika kematian datang, tidak ada seorangpun yang bisa menolong kita, kecuali tiga perkara :1) Shodaqoh jariyah, yakni amal shodaqoh yang kita berikan secara ikhlas, semata-mata karena Allah. Shodaqoh kita untuk Masjid, Mushola, Madrasah atau Lembaga sosial lainnya, akan mengalirkan kepada kita selama kita didalam kubur, sehingga kita memperoleh nikmat kubur. 2) Ilmu yang bermanfaat, yang pernah kita
ajarkan kepada orang lain, dan ilmu itu digunakan sesuai kepentingan yang baik, maka pahalanya akan datang kepada ahli kubur, sehingga bisa meninggalkan siksa kubur serta mengurangi dosa- dosa kita. 3) Anak sholeh yang selalu mendoakan orang tuanya, sehingga ahli kubur terhindar dari adzab kubur, berkat do’adalah anak-anak yang sholih yang terus mengalir selama berada didalam kubur. (Abdullah Ali, 2007:192).

Mengingat akan pentignya ziarah kubur Rasulullah SAW. Menjelaskan dalam haditsnya :
كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ أَلَا فَزُورُوهَا، فَإِنَّهُ يُرِقُّ الْقَلْبَ، وَتُدْمِعُ الْعَيْنَ، وَتُذَكِّرُ الْآخِرَةَ، وَلَا تَقُولُوا هُجْرًا
“Dahulu aku melarang kalian untuk berziarah kubur, sekarang berziarahlah karena ziarah dapat melembutkan hati, membuat air mata menetes, dan mengingatkan akhirat. Dan janganlah kalian mengucapkan al hujr. (HR. Al Hakim (1/376), dinilai hasan oleh Syaikh Al Albani dalam Ahkaamul Janaa-iz hal. 229).

Dalam sejarahnya, Rasulullah SAW. Telah melarang untuk melakukan ziarah kubur karena memang pada masa itu baru terlepas dari peribadatan kepada Berhala sehingga dapat memungkinkan para penziarah melakukan hal yang sama terhadap orang yang sudah meninggal seperti layaknya kepada Berhala. Namun setelah adanya hadits diatas maka hukum itu dihapus.
Dalam hadits Abu Hurairah, riwayat An-Nasa’i Nabi bersabda :
“ janganlah kamu menjadikan rumahmu sebagai kubur, dan janganlah kamu menjadika kuburku sebagai tempat pesta hari raya, bersholawatlah kepadaku, karena sholawatmu akan sampai kepadaku dimana saja kamu berada”. Dalam konteks ini Nabi memberi isyarat agar agar kita tidak berkumpul diatas kubru seakan seakan bersuka ria dengan motif ziarah kubur, sambil mengeluarkan biaya yang terkadang berlebihan. (Hasbi Ashidiqy, 1971:-74-75).

Dengan adanya syariat yang menganjurkan untuk berziarah, maka umat islam diseluruh penjuru dunia terutama umat islam di Indonesia sering melakukan ziarah bahkan ziarah tersebut tidak hanya dilakukan kepada orang tua mereka yang sudah meninggal, melainkan makam-makam para Wali yang dianggap mulia dan keramat sering diziarahi oleh umat islam di Indonesia sebagai bentuk ungkapan syukur dan penghormatan kepada para Wali yang sudah berjuan untuk menyebarkan agama islam khususnya didaerah Pulau Jawa dengan harapan mendapatkan berkah dari karomah para Wali yang diziarahi.
Greelay (1988:13) Menjelaskan tentang pendapat seorang teolog berkaitan dengan harapan pada setiap penganut ajaran agama. Ahli teolog Schubert Ogden mengatakan bahwa harapan “tidak bisa hilang”. Ahli psikoanalisa Sigmund Freud menegaskan bahwa kesadaran memperoleh harapan tersebut bersifat abadi. Ahli  antropologi Leonel Tiger berpendapat bahwa secara turun temurun dilahirkan untuk berharap. Dimana ada harapan maka akan ada agama atau semacamnya. Bahwa setiap orang dalam kehidupan beragama pada hakekatnya mempunyai suatu naluri keagamaan secara turun temurun, untuk cendrung selalu berharap setiap waktu.
Fenomena yang digambarkan diatas, terjadi pula pada makam Syekh Rama Haji Irengan yaitu seorang Wali yang diutus oleh Syekh Syrif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) dari Cirebon untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Kuningan. Syekh Rama Haji Irengan, memilih tempat kediamannya di Darma dan dengan dibantu Wali lainnya Ia membuat kolam yang sekarang dikenal dengan nama “Balong Kancra” atau “Balong Kramat” atau Darma Loka”. Bila diperhatikan bentuk balong itu berliku-liku membentuk lafadz Muhammad. Sesudah membuat balong Darma para Wali sepakat untuk membuat kolam-kolam lainnya dibeberapa tempat yang memiliki sumber mata air, seperti : Balong Cigugur, Balong Cibulan, dan Talagaremis. Tidak jauh dari kolam-kolam itu para Wali mendirikan tempat-tempat pesantren untuk melakukan kegiatan pemantapan agama Islam. (Disparbud. Kuningan)
Keberadaan Balong Keramat Darmaloka memang tidak terlepas dari peranan Syekh Rama Haji Irengan dalam penyebaran agama Islam di wilayah Kuningan selatan, karena pada umumnya waktu itu kerajaan-kerajaan di tanah sunda memeluk agama Hindu dan Budha diantaranya kerajaan Galuh dan kerajaan Rajagaluh di Ciamis.
Sepeninggal Syekh Rama Haji Irengan, Islam berkembang dan banayk berdiri pesantren-pesantren salafi disetiap plosok. Sementara makam beliau yang berada dilokasi Darmaloka kian hari semakin banyak yang mengunjungi baik dari daerah sekitar ataupun dari luar daerah. Dan seiring dengan perkembangan zaman lokasi makam Syekh Rama Haji Irengan Balong Keramat Darmaloka kini dijadikan sebagai salahsatu objek wisata kabupaten kuningan yang dikelola oleh pemerintah desa setempat. Sesuai dengan Undang-Undang kepariwisataan No. 9 tahun 1990, disebutkan bahwa keadaan alam, plora dan fauna, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah serta seni dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal yang besar artinya bagi usaha pengembangan peningkatan kepariwisataan. Bahwa kepariwisataan mempunyai peran pennting untuk memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperbesar pendapatan nasional dalam rangka menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat serta memupuk rasa cinta tanah air, memperkaya kebudayaan nasional dan memantapkan pembinaanya dalam rangka memperkukuh jati diri bangsa dan mempererat persahabatan antar bangsa.
Kehadiran balong keramat darma loka sebagai salahsatu pariwisata di kabupaten kuningan adalah sebuh aset wisata religi yang sangat besar bagi masyarakat setempa, sering disebut wisata ziarah, wisata ziarah adalah “Suatu perjalanan wisata untuk melihat atau berpatisipasi langsung di dalam suatu suatu ritual agama ataupun suatu kepercayaan suatu masyarakat tertentu”. (Hadi, 2006:299-307).
Berdsarakan latar belakang diatas penulis terdorong untuk mengadakan penelitian guna mengetahui sejauhmana hubungan wisata ziarah Balong Keramat Darmaloka dengan perkembangan dakwah Islam di daerah tersebut.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut, yaitu :
a.       Bagaiman sejarah perkembangan ziarah wisata Balong Keramat Darmaloka ?
b.      Bagaiman respon masyarakat pengunjung terhadap lokasi wisata ziarah Balong Keramat Darmaloka ?
c.       Bagaimana perkembangan dakwah Islam disekitar lokasi wisata ziarah Balong Keramat Darmaloka ?
C.    Tujuan Menelitian
Adapun tujuan penelitian sebagai berikut :
a.       Untuk menggambarkan sejarah ziarah wisata  Balong Keramat Darmaloka.
b.      Untuk menjelaskan respon masyarakat pengunjung terhadap lokasi wisata ziarah Balong Keramat Darmaloka.
c.       Untuk membuktikan adanya perkembangan dakwah islam disekitar lokasi wisata ziarah Balong Keramat Darmaloka.
D.    Kerangka Pemikiran
Darma dikenal mempunyai objek wisata yang fenomenal selain objek wisata Waduk Darma yang dibangun pada masa penjajahan Belanda, Darma juga memiliki objek wisata yang bernuansa mistis yang memiliki nilai spiritual dan magis serta diyaikini menyimpan kekuatan gaib luar biasa. Adapun objek wisata yang dimaksud adalah objek wisata Balong Keramat Darmaloka yang merupakan sebuah paket wisata menarik yang bisa disebut dengan wisata religi karena unsur sejarah, mistis dan magis dari objek wisata tersebut. Lokasi Balong Keramat Darmaloka terletak di Desa/ Kecamatan Darma, beberapa meter dari tepian jalan Cirebon-Kuningan-Ciamis, masuk melalui sebuah belokan tajam dan jalan menurun yang curam. Secara geografis berjarak 1 KM. dari Waduk Darma kearah barat selatan, 13,5 KM. dari arah kota Kuningan dan 48 KM. dari dari arah kota Cirebon, berada diketinggian 700 Mdl. diatas permukaan laut, meliputi daratan dan luas kolam 700 M. persegi yang dikelilingi pohon-pohon besar  besar. (Disparbud. Kuningan)
Balong Keramat Darmaloka adalah peninggalan para Wali dalam menyebarkan islam di daerah Kuningan selatan dan sangat erat dengan keberadaan beberapa pesantren di kecamatan Darma sebagai indikasi adanya penyebaran agama Islam yang bisa disebut dengan Dakwah Islam. Sejak meninggalnya Syekh Rama Haji Irengan, banyak umat Islam yang menziarahi makamnya sampai kemudian lokasi ini dijadikan objek wisata dan dikelola oleh Pemerintah Desa setempat.
Setelah menjadi pariwisata semakin banyak pengunjung yang datang kelokasi Balong Keramat Darmaloka, pengunjung yang niat berziarah lebih banyak berdatangan pada malam Jum’at kliwon, model wisata ziarah yang mereka lakukan dengan cara Bertawasul, membaca Tahlil, Tasbih dan Dzikir-Dzikiran lainnya di lokasi makam Syekh Rama Haji Irengan yahg dilanjutkan dengan mandi di kolam keramat dengan harapan beragam, biasanya dilakukan pada pukul 12 malam hingga pukul 03 pagi. Ini merupakan tradisi yang biasa dilakukan oleh pengunjung yang menganggap kolam keramat itu tempat suci. “Suatu fenomena kegiatan atau peristiwa dikatakan suatu tradisi, jika peristiwa itu dilakukan secara berulang-ulang, menjadi kebiasaan yang diterima dimasyarakat, diwariskan dari satu generasi kepada generasi berikutnya”. (Abdullah Ali, 2007:7)
Oleh pemeluk Islam tradisional arwah para Wali mempunyai peranan dan keistimewaan sebagai wasilah, karena dianggap dekat dengan tuhan. Sesuai dengan pendapat Woodwark, Mark (1999) yang mengungkapkan kedudukan wali dalam Islam mistik, keberatan-keberatan terhadap praktek mistik yang muncul dari doktrin muhammad sebagai “penutup Nabi” dielakkan oleh perkembangan konsep kewalian  (Sainthood). Teori dan praktek Islam mistik sufi  berakar pada pencarian pengetahuan mengenai Allah, namun juga mempunyai akibat-akibat duniawi. Wali adalah orang yang dianggap mengenal Allah karena penacapaiannya itu, wali diberikan kekuatan-kekuatan khusus dari Tuhan. Sebagaiman dilukiskan oleh Cara De Vaox (1953:629) para Wali dibebaskan dari beban hawa nafsu, mempunyai karomah, Ia bisa mentrasformasikan dirinya kesuatu jarak dan mampu membaca pikiran. Dengan barokah para Wali hujan bisa turun dan tanaman-tanaman bisa tumbuh kembali. Pengaruh spiritual mereka bisa memberikan kemampuan dalam peperangan”.
Melihat dari sisi history keberlangsungan wisata ziarah Balong Keramat Darmaloka harus sesuai dengan perkembangan dakwahnya, secara aksiologi, pengembangan ilmu dakwah sebagai sebagai komponen ilmu agama yang tidak terpisahkan dari ilmu-ilmu sosial, haruslah mendukung aspek kemanusiaan, karena pada dasarnya manusia atau masyarakat yang menerima dakwah adalah objek sekaligus subjek ilmu itu sendiri (Abdullah Ali, 2007:205).
E.     Langkah-Langkah Penelitian
1.      Metode Penelitian
Dalam penelitian penulis memakai metode deskriftif kualitatif berdasarkan kajian lapangan. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi serta tindakan. Secara holistic dan dengan cara deskriftif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. (Moleong, 2007:6)
2.      Sumber Data
Penulis peroleh sumber data dari :
a.    Data teoritis, literature atau kajian pustaka yang ada kaitannya dengan masalah yang akan diangkat.
b.    Data empiric, diambil dari lokasi penelitian.
3.      Metode Interview / Wawancara
Metode interview dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Bentuk wawancara yang digunakaan bentuk wawancara bebas terpimpin,  dimana informan diberikan kesempatan untuk mengungkapkan pendapat serta jawaban seluas-luasnya.
4.      Metode Observasi
Digunakan untuk pencatatan dan pengamatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Jenis observasi yang digunakan adalah jenis observasi partisipan, yakni penelitin tidak terlibat langsung didalam setiap kegiatan yang berlangsung sekalipun penulis datang dan mengikutinya.
5.      Metode Dokumentasi
Adalah penyelidikan yang ditujukan pada penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu melalui sumber-sumber dokumen. Jelasnya metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mempelajari catatan-catatan, arsip-arsip dan dokumen-dokumen yang ada di daerah penelitian (Winarto Surachmat, 1980:123).
6.      Tekhnik Analisis Data
Yaitu dengan mencatat hasil wawancara, catatan lapangan, kemudian memilah dan memilih, mengkalisifikasikannya serta berpikir membuat katagori data itu sehingga memperoleh suatu kesimpulan (Moleong, 2007:248).



Comments