Produksi
berita televisi dilakukan sesuai SOP (standard operating procedure) produksi
konten audio visual lainnya seperti film dan televisi. Sejumlah tahapan yang
umum dalam industri audio visual harus dilalui untuk menghasilkan produk audio
visual yang sesuai standar. Tahapan itu adalah:
- Pra Produksi
- Produksi
- Pasca Produksi
Idealnya
tahapan-tahapan di atas dijalani secara berurutan. Artinya tahapan pertama
harus selesai sebelum bisa melanjutkan ke tahapan berikutnya. Namun, berbeda
dengan proses produksi sinetron atau film, produksi berita televisi dilakukan
dengan cepat. Bahkan pada situasi tertentu tahapan satu dengan lainnya
dilakukan secara bersamaan, sehingga tidak menunggu tahapan satu selesai
sebelum bisa memulai tahapan selanjutnya.
Perbedaan
lainnya adalah materi audio visual yang diburu. Produksi berita televisi
memanfaatkan audio visual seperti apa adanya dan tanpa manipulasi. Sehingga
pengambilan gambarnya pun dilakukan ‘as it happen’ atau saat sebuah peristiwa
sedang berlangsung. Berikut adalah tahapan produksi pembuatan berita televisi.
PRA PRODUKSI
Tahap Pra
Produksi dipahami sama baik di industri film, televisi maupun lainnya. Tahapan
ini adalah tahapan dimana perencanaan dan detil petunjuk pelaksanaan produksi
konten audio visual dibuat. Misalnya perencanaan pengambilan gambar berdasarkan
interpretasi sutradara film terhadap skenario yang digarapnya dibuat
menggunakan papan gambar atau ‘story board’. Setiap detil sudut pengambilan
gambar dibuat sketsanya sehingga saat pelaksanaan Director of Photography (DOP)
memiliki panduan dalam mengatur shot.
Tapi dalam
produksi berita harian televisi tidak perlu sampai seperti itu. Beberapa hal
yang biasa dilakukan pada tahap pra produksi antara lain adalah riset dan
daftar harapan atau WISHLIST. WISHLIST adalah daftar sejumlah hal yang
diharapkan diperoleh tim liputan saat berada di lapangan. Salah satu unsur
dalam WISHLIST adalah urutan VISUAL/SHOT LIST. VISUAL/SHOT LIST adalah urutan
gambar yang diinginkan produser sehingga bisa dikatakan bahwa ini merupakan
bentuk sederhana dari STORYBOARD. WISHLIST juga seringkali disamakan dengan TOR
atau Terms Of Reference.
CONTOH WISHLIST:
WISH LIST 1
REP/CAM : ULUNG/ AMRUL
LOCATION : DEPOK
DURATION :
DEADLINE :
PROGRAM : TELAAH
PRODUSER : BHAYU SUGARDA
BACKGROUND:
Maraknya
perselingkuhan menjadi salah satu yang mendorong orang untuk menyewa detektif
swasta. Selain itu status pernikahan yang seringkali disembunyikan juga menjadi
penyebab lainnya. Namun, yang menarik adalah detektif swasta marak di perkotaan.
Apa kaitannya antara perselngkuhan dengan perkotaan? Apakah kehidupan perkotaan
yang begitu individualistis yang mendorong orang untuk berselingkuh? Apakah
benar masyarakat perkotaan lebih cenderung untuk melakukan perselingkuhan?
NARASUMBER : ERNA KARIN,
SOSIOLOG
SOUNDBYTE TARGET:
“Perselingkuhan memang banyak
terjadi di perkotaan. Jarangnya bertemu dan sifat individualistis yang kerap
melanda masyarakat perkotaan juga mendorong ini terjadi...”
“Tekanan di tengah sosial
masyarakat materialistis juga mendorong ini terjadi..sehingga orang cenderung
menyembunyikan apa yang dianggap tidak lazim dari masyarakat...”
“kesibukan masyarakat perkotaan,
karier, juga memicu orang untuk sulit berinteraksi dengan pasangan. Akhirnya
yang muncul adalah kekecewaan dan pelarian...”
DATA TARGET:
• data perselingkuhan tahun 2008
• data perkawinan di bawah
tangan/siri tahun 2008
VISUAL/SHOT LIST:
• set up sosiolog di tengah
masyarakat yang penuh kesibukan
• format wawancara yang suram
kalo bisa dipertahankan – tapi wajahnya jangan disembunyikan...hehehhe.
WISH LIST 2
REP/CAM : ASTI/ IGUN
LOCATION : PANCORAN
DURATION :
DEADLINE :
PROGRAM : TELAAH
PRODUSER : BHAYU SUGARDA
BACKGROUND:
BODY GUARD ada yang profesional
dengan sejumlah skill yang memang diperlukan dalam bertugas. Seperti bela diri,
penggunaan senjata api, dll. Tapi ada sebagian yang menanganggap enteng
pekerjaan sebagai body guard. Padahal ada seni dibalik itu.
NARA SUMBER: Satpam yang menawarkan jasa pengamanan pribadi atau body guard
NARA SUMBER: Satpam yang menawarkan jasa pengamanan pribadi atau body guard
SOUNDBYTE TARGET:
“yah saya pikir pengalaman
sebagai satpam cukup untuk menjadi body guard. Karena saya bisa bela
diri...lagipula saya khan punya sertifikat satpam!”
“Kalo ada orang yang macam2 saya
pake jurus ini...ciaaaaat”
“sejauh ini klien saya tidak
pernah mengeluh. Bahkan saya pun sering diminta menjaga pak RT dan acara besar
lainnya seperti 17 agustusan...”
“kalo saya berhadapan dengan
preman saya tidak takut...saya tidak perlu senjata...karena saya khan punya
jimat ini nih...”
DATA TARGET:
• Berapa lama bekerja sebagai
satpam?
• Berapa banyak kliennya sejauh
ini?
• Sudah menjadi body guard
berapa lama?
• Siapa saja kliennya?
• Tarifnya berapa?
VISUAL/SHOT LIST:
• visual dia latihan
• visual dia lagi bertugas
• visual dia lagi berkumpul
bersama satpam tempat dia bekerja dulu
Untuk sebuah
laporan mendalam dengan durasi 30 menit, WISHLIST dibuat berdasarkan porsi dari
liputan mendalam itu yang akan dilakukan keesokan harinya. Sehingga WISHLIST
yang dibuat bisa lebih dari satu dan satu WISHLIST bisa melengkapi WISHLIST
lainnya. Satu SEGMEN bisa dibuat dengan 4 atau 5 wishlist.
PRODUKSI
Rencana yang
dibuat dengan WIHSLIST bisa jadi berbeda dengan kondisi lapangan. Misalnya nara sumber yang
ditargetkan untuk menjadi tokoh utama cerita ternyata tidak seperti yang
dibayangkan. Belum lagi apabila terjadi perkembangan lain yang jauh lebih
menarik. Jika ini terjadi maka seorang Produser harus memiliki alternatif
rencana sehingga proses produksi tetap bisa berjalan tanpa membuang biaya
percuma.
Biasanya 1
WISHLIST bisa diselesaikan dalam waktu sehari. Untuk liputan harian, hasil
liputan memiliki target untuk ditayangkan pada program berita harian terdekat.
Misalnya liputan pagi akan ditayangkan untuk program berita sore. Sedangkan
hasil liputan siang untuk program berita harian malam. Sementara untuk laporan
mendalam, liputan yang belum selesai karena satu dan lain hal bisa dilanjutkan
keesokan harinya.
Berkaitan
dengan lama produksi tim liputan dalam sehari, aturan yang berlaku mengikuti
aturan umum karyawan yaitu sekitar 9 jam. Jam bekerja itu sudah termasuk proses
membuat ‘rough-cut’ atau edit kasar dari hasil liputan bagi campers dan skrip
bagi reporter, sehingga memudahkan editor yang akan meng-edit hasil liputan.
Skrip akan di-edit oleh produser dan audio visual akan di-edit oleh editor visual.
Dengan demikian produksi di lapangan otomatis hanya sekitar 5 s/d 6 jam. Karena
itu perencanaan perlu dibuat sematang mungkin sehingga pada saat pelaksanaannya
semua berjalan lancar dan hasilnya memuaskan.
PASCA PRODUKSI
Pada tahapan
ini, skrip yang telah di-edit produser dan ‘rough cut’ buatan campers akan
diserahkan kepada editor visual. Reporter akan mendampingi editor untuk
membantu ‘dubbing’ atau membacakan narasi serta mendampinginya meng-edit hasil
liputan. Pendampingan ini perlu agar laporan akurat baik secara narasi maupun
secara audio-visual. Hasil akhir akan di-preview oleh produser sebelum akhirnya
tayang. Jika ada perbaikan produser berhak meminta editor dan reporter untuk
mengedit ulang laporan itu.
Sementara
untuk laporan mendalam, hasil liputan reporter diserahkan kepada produser.
‘Rough cut’ buatan campers diserahkan ke editor dan skrip diserahkan ke
produser untuk diolah lebih lanjut menjadi tayangan yang koheren selama 30
menit. Untuk laporan mendalam selama 30 menit lama proses produksi (pra,
produksi dan pasca produksi) bisa menghabiskan waktu 2 pekan atau 14 hari.
STEP BY STEP PRODUKSI
LAPORAN MENDALAM
Tahapannya kurang lebih sebagai
berikut:
PRA PRODUKSI
Hari 1:
Riset topik
laporan mendalam untuk pitching saat rapat redaksi. Sejumlah ide topik
disiapkan produser untuk dibahas lebih jauh dalam rapat redaksi. Supervising
editor dan Pemred turut menghadiri rapat itu dan kemudian memutuskan topik yang
akan digarap menjadi laporan mendalam.
Hari 2:
Riset
mendalam dilakukan produser bersama dengan reporter. Tujuannya agar reporter
mengerti betul arah dan tujuan liputan mendalam sebuah topik tertentu. Sehingga
reporter tidak lagi bingung apa yang harus dilakukannya saat berada di
lapangan. Selain itu, reporter menjadi lebih terlibat dalam membangun ‘story’
dan menjadi lebih peka terhadap dinamika lapangan.
Hari 3:
Produser
bekerjasama dengan reporter mulai menentukan nara sumber serta pemilihan ‘human example’
atau tokoh utama laporan mendalam itu. Setelah pemilihan nara
sumber telah disepakati, reporter menghubungi nara sumber untuk membuat janji liputan
keesokan harinya. Sementara produser sudah mulai merangkai cerita dan
mempersiapkan WISHLIST liputan.
PRODUKSI
Hari 4 s/d 10
Liputan
dilakukan selama 7 hari. Hampir setiap hari reporter membuat laporan hasil
liputannya dan menyerahkannya kepada produser. Produser dan reporter juga
membahas lebih jauh perkembangan di lapangan sebelum menentukan liputan
keesokan harinya. Sementara campers mengumpulkan hasil ‘rough cut’ liputannya
di tempat penyimpanan yang telah ditentukan sebelumnya. Selama itu produser
akan mengawasi serta mengevaluasi hasil liputan sehingga bisa memutuskan apakah
hasilnya sudah sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Perlu dicatat proses
produksi tidak harus 7 hari kerja karena itu tergantung seberapa jauh laporan
yang diinginkan.
PASCA PRODUKSI
Hari 11 s/d 12
Dua hari
terakhir produksi digunakan untuk melengkapi audio visual. Misalnya gambar
cantik alias ‘beauty shot’, sekuen pembuka tayangan atau sekuen sebagai
‘bridging’ atau sekuen yang menjembatani satu bagian cerita ke bagian lainnya.
Hari 11 s/d 14
Sementara
proses editing sudah berjalan. Pada hari ke-11 editor akan mem-preview gambar
yang telah terkumpul dan memastikan semua gambar yang dibutuhkan skrip telah
tersedia. Editor juga mengidentifikasi jika ada gambar yang kurang dan perlu
‘shot’ tambahan. Pada hari ke-12, editor sudah mulai melakukan proses editing.
Proses editing akan didampingi oleh produser. Produser juga berkewajiban
memberikan segala kelengkapan yang dibutukan editor dalam bekerja, seperti
misalnya grafik dan ilustrasi musik.
Comments
Post a Comment
thankzzz taz komenxx.....